HumOr Edisi 21 Tahun Kedua, September 2013
Pantun Berbalas DPR-KPK
Selasa, 26 Juni 2012
Sejak 2008, KPK mengajukan anggaran untuk perbaikan dan perluasan Gedung KPK yang sudah overload dan tidak menadai untuk operasional sehari-hari. Sempat terkatung-katung hingga akhirnya diberitakan pada 2012 ini Pemerintah menyetujui proposal itu, tapi ternyata tidak lalu urusan jadi mulus. DPR mengaku masih mengkaji dan mempertimbangkannya. KPK menganggap sikap DPR itu hanya lagu lama. Merasa tersandera, KPK melemparkan persoalan itu ke publik. Masyarakat pun bereaksi dan berniat mau menyumbang untuk pembangunan gedung KPK itu. DPR lalu menuduh KPK tukang ngambeg dan tindakannya bisa dianggap menyalahi independensi dan memberi peluang masuknya interest dan tendensi. Rame dan seperti biasa Pantun Berbalas pun melantun sepanjang pekan-pekan ini. Makin seru lagi, media pun ikut mengipasi dan mengomporinya.
Kesandung Oyot Mimang
Anis Sholeh Ba’asyin
“Tampaknya bangsa ini sedang kesandung oyot mimang” celetuk seorang kawan seusai menghadiri dialog dengan para pakar keIndonesiaan.
Oyot mimang atau akar mimang adalah sejenis akar yang dipercaya punya daya magis. Konon orang yang tersandung akan berputar-putar di sekitar akar tersebut. Ke arah manapun dia melangkah, pada akhirnya akan selalu kembali ke tempatnya semula.
Di Jawa misalnya, kepercayaan ini sedemikian kuat sehingga istilah ‘tersandung akar mimang’ secara konotatif dipakai untuk menyebut orang yang kebingungan mencari jalan keluar.
Tentang bagaimana situasi ‘tersandung akar mimang’ itu, seorang tentara pernah bercerita tentang pengalamannya tersesat di tengah hutan. Semula ia dan pasukannya heran, karena setiap kali berjalan untuk keluar hutan, selalu saja kembali ke dekat sebuah pohon besar.
Itu terjadi berulang-ulang, sehingga pasukannya mulai terlibat dalam perdebatan yang makin lama makin sengit. Mulai dari masalah kompas yang dianggap bermasalah, pembacaan kompas yang dicurigai keliru, pencari jalan yang dituding teledor sampai dengan komandan yang dinilai tidak punya ketegasan menentukan pilihan.
Yang membuat mereka tak habis pikir, begitu katanya, setiap kali berjalan mereka selalu yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka menempuh arah yang benar menurut kompas dan petunjuk-petunjuk lainnya. Tapi kenyataannya mereka tak pernah keluar dari hutan, kecuali kembali ke tempatnya semula.
Melihat perjalanan yang aneh tersebut, demikian lanjutnya, dia mulai berpikir: jangan-jangan mereka tersandung akar mimang. Tentu saja tak semua anggota pasukan percaya hal tersebut, sebagian malah menertawakannya.
Hal ini justru makin menambah ketakutannya. Karena konon orang yang tersandung akar mimang akan cenderung kesetanan mencari jalan keluar, dan semakin lama akan semakin ngawur dan kehilangan rasionalitasnya. Tentu saja hal ini akan sangat menguras tenaga. Itu sebabnya, setidak-tidaknya menurut kepercayaan yang ada, tersandung oyot mimang bisa menyebabkan kematian karena lelah dan kelaparan. Apalagi bila itu terjadi di hutan belantara yang jarang dirambah manusia.
Cerita inilah yang terlintas di kepala ketika mendengar celetukan kawan saya tadi. Jangan-jangan memang benar: bangsa kita memang sedang tersandung akar mimang?
Lihat saja di lapangan, semua orang seperti sedang sibuk menyelesaikan sesuatu, tapi di akhir cerita kita selalu disuguhi fakta: sesuatu itu ternyata masih tetap seperti sebelumnya, bahkan -tak jarang- malah jauh lebih ancur lagi.
Orang sibuk membuat program pengentasan kemiskinan, tapi orang miskin malah membengkak jumlahnya. Orang ribut memperbaiki perekonomian, tapi barisan penganggur malah semakin panjang. Orang ramai memdeklarasikan perang melawan korupsi, tapi para koruptor malah makin berjaya.
Semua seperti jalan di tempat, atau bahkan mundur. Lihat Century dan kelokan-kelokannya, lihat Gayus dengan lingkaran skandal pajaknya, lihat Nazarudin dengan multi kasusnya. Sepertinya kita benar-benar sedang tersandung akar mimang.
Sementara di sisi lain, kita juga melihat betapa masyarakat semakin terfragmentasi oleh jutaan kepentingan yang amburadul dan tidak jelas arah tujuannya, yang membuat mereka semua juga berputar-putar di tempat.
Kembali ke cerita tentara tadi. Ketika saya tanya tentang caranya membebaskan diri dari ‘jebakan akar mimang’; dia bilang “tak ada jalan lain, akhirnya kami memutuskan untuk berdoa sebisa-bisanya. Kami bertaubat dan memohon ampun dengan setulus-tulusnya. Pokoknya kami hanya melihat Allah dan sepenuhnya bergantung padaNya”
Mungkinkah ini pula langkah awal yang harus ditempuh bangsa kita untuk memerdekakan diri dari ‘kutukan akar mimang’nya?***
Sumber: Dari kolom Anis Sholeh Ba’asyin di harian Suara Karya.
ACARA INI UNTUK UMUM DAN GRATIS!
Suluk Maleman adalah acara rutin bulanan, yang dirancang sebagai ajang untuk silaturrahim pikiran untuk mengaji masalah-masalah yang dihadapi bangsa, baik di tingkat lokal maupun nasional. Acara ini sejak awal digagas sebagai oase untuk merekatkan kembali ikatan kemanusiaan, kemasyarakatan dan kebangsaan, yang selama ini cenderung tercerai berai.
Kecuali dialog dan pengajian, juga akan ditampilkan pagelaran kesenian. Secara rutin Orkes Puisi Sampak GusUran akan menemani tampilan kelompok kesenian tamu yang diundang: bisa teater, monolog, baca puisi, wayang, musik, tari dls (pada dasarnya, kami menerima siapapun dan dari manapun untuk tampil di acara ini).
Bagi mereka yang bermukim di Pati dan sekitarnya, atau kebetulan berada di wilayah Pati, dipersilakan hadir. Acara ini memang dirancang untuk umum dan gratis!
Kenangan Gus Dur
Suatu Hari di Kursus TI
Di ruangan sebuah kursus TI (Teknologi Informasi), semua siswa tampak mengeluarkan laptop dan meletakkannya di depan meja masing-masing. Satu persatu mereka menyalakan laptopnya. Guru kursus memeriksa keliling. Di layar monitor Amir terbaca tulisan: "Komputer Anda dilindungi oleh Smadav". Di layar monitor Najib terbaca: "Komputer Anda aman dan dilindungi oleh AVG".
Ketika Guru itu bergeser ke meja Gombloh, ia berhenti sejenak dan mengamati lebih cermat. Setelah sadar apa yang dibacanya ia tampak kaget dan menahan senyum. Ternyata di layar monitor Gombloh terbaca tulisan: "Tenanglah, komputer Anda dilindungi oleh Tuhan yang Mahakuasa!" (dMs)
Obat Pelipur Lara
Obat No 8
Orang China (Apeng) bersahabat dgn seorang Arab (Abu Bakar). Apeng & Abu bakar sama2 sdh pening krn lama jd pengangguran.
Akhirnya mrk sepakat sm2 mau buka klinik, bersebelahan. Apeng jd Shin She, Abu bakar jd tabib.;;)
Bbrp hari stlh buka, Abu bakar kebanjiran pasien sdngkan Apeng tdk dptkan pasien sm skali.:&
Apeng mendapat ide,akhirnya memasang huruf besar di dpn kliniknya : "TIDAK SEMBUH? UANG KEMBALI 3X LIPAT!!!". Besoknya ternyata bener , Abu bakar kehilangan pasien! :'(
Abu bakar. (AB): hmmmm... Ane mau fura2 sakit, fura2 tdk sembuh, biar bs dafat fulus 3x lifattt...! *sambil mampir ke klinik Apeng*
AB : "Afeng... Ane sakit mati rasa, makan afa2 semua hambar..."Ente ada ide ga?:x
Apeng (AP): "owe mengelti.. "Mei Cen! Ambilkan obat no 8, kasi abubakal!
AB : *setelah meminum,lgsg meludah* fuiihh! fhuuiiih!! Ini bukan obat! Tp tai ayam fuiihh!! :O
AP : betul...., Itu td tai ayam. Lu pintal hoh? Belalti Lu sdh bisa tau lasa tai ayam, suda sembuh laa lu abubakal.. >:/
AB : >=) kurang ajarrr..! Oke ane mau fura2 sakit lagi!
Besoknya dtng lg.
AP : haiyaa... Abubakal latang lg, ada apa hoh?
AB : ane sakit hilang ingatan, afa2 semua lufa lah afeng! :/
AP : "Mei Cen! Ambil obat no. 8!"
AB : oooo tidak, tidak! Itu fasti tai ayam lagi!
AP : :p haiyaaa abubakal lu suda sembu laa, masi ingat no. 8 itu tai ayam.hahaahaha....(olang china lo mo kadalin Oooooo tida bizza)....................! =D. (Dana Anwari/Bbm dari sahabat)
Gag: Ayun Wahyu |
Calon Presiden 2014
Setelah meninggal,
Lim Sioe Liong ketemu Suharto ....
Mereka kongkow2 tentang calon presiden yg cocok utk 2014.
Lim spontan mengeluh:
"Haiya, sulah 3 genelasi malga Su bel-tulut2 yg jadi plesiden (Sukalno, Suhalto dan Susilo). Kali ini gililan malga Lim yg belkuasa lah!!!
Suharto langsung jawab:
"Tidak ada suku jawa yg marga Lim" tidak pantaslah Lim jadi presiden."
Lim Tdk ♏ªªªáàÛú kalah: "Haiya... halus adalah, agal malga Lim yg jadi Plesiden... Owey ♏ªªªáàÛú cali olang yang malganya Lim tapi Jawa haaa..."
Suharto berfikir :
"kalau begitu kamu tanya sajalah sama Malaikat... suruh dia cari marga Lim tapi yg Jawa."
Lim lalu bertanya kepada Malaikat: "Hei Malaikat, Owe ♏ªªªáàÛú tanya sama elu.. elu kan tau semua olang dibumi... coba elu liat ada tidak manusia di bumi Malga Lim tapi Jawa. Klo ada kasih tau Owey ya."
Lalu Malaikat mulai mencari dan: "AHAaaaa.. aku menemukan satu marga Lim tapi Jawa... kalau dia jadi Presiden pasti ditakuti semua rakyat"
Lim penasaran:
" Haiya Owey bilang juga apa.. pasti ada malga Lim yg jawa aaaa..
Siapa namanya Malaikat?"
Malaikat menjawab: "LIM.......BAD"
Om Lim & Soeharto langsung Ngakak sampai ter-pingkal2, njungkel2...(Arif Budi Yuwono)
Calon Presiden 2014
Setelah meninggal,
Lim Sioe Liong ketemu Suharto ....
Mereka kongkow2 tentang calon presiden yg cocok utk 2014.
Lim spontan mengeluh:
"Haiya, sulah 3 genelasi malga Su bel-tulut2 yg jadi plesiden (Sukalno, Suhalto dan Susilo). Kali ini gililan malga Lim yg belkuasa lah!!!
Suharto langsung jawab:
"Tidak ada suku jawa yg marga Lim" tidak pantaslah Lim jadi presiden."
Lim Tdk ♏ªªªáàÛú kalah: "Haiya... halus adalah, agal malga Lim yg jadi Plesiden... Owey ♏ªªªáàÛú cali olang yang malganya Lim tapi Jawa haaa..."
Suharto berfikir :
"kalau begitu kamu tanya sajalah sama Malaikat... suruh dia cari marga Lim tapi yg Jawa."
Lim lalu bertanya kepada Malaikat: "Hei Malaikat, Owe ♏ªªªáàÛú tanya sama elu.. elu kan tau semua olang dibumi... coba elu liat ada tidak manusia di bumi Malga Lim tapi Jawa. Klo ada kasih tau Owey ya."
Lalu Malaikat mulai mencari dan: "AHAaaaa.. aku menemukan satu marga Lim tapi Jawa... kalau dia jadi Presiden pasti ditakuti semua rakyat"
Lim penasaran:
" Haiya Owey bilang juga apa.. pasti ada malga Lim yg jawa aaaa..
Siapa namanya Malaikat?"
Malaikat menjawab: "LIM.......BAD"
Om Lim & Soeharto langsung Ngakak sampai ter-pingkal2, njungkel2...(Arif Budi Yuwono)
Lim Sioe Liong ketemu Suharto ....
Mereka kongkow2 tentang calon presiden yg cocok utk 2014.
Lim spontan mengeluh:
"Haiya, sulah 3 genelasi malga Su bel-tulut2 yg jadi plesiden (Sukalno, Suhalto dan Susilo). Kali ini gililan malga Lim yg belkuasa lah!!!
Suharto langsung jawab:
"Tidak ada suku jawa yg marga Lim" tidak pantaslah Lim jadi presiden."
Lim Tdk ♏ªªªáàÛú kalah: "Haiya... halus adalah, agal malga Lim yg jadi Plesiden... Owey ♏ªªªáàÛú cali olang yang malganya Lim tapi Jawa haaa..."
Suharto berfikir :
"kalau begitu kamu tanya sajalah sama Malaikat... suruh dia cari marga Lim tapi yg Jawa."
Lim lalu bertanya kepada Malaikat: "Hei Malaikat, Owe ♏ªªªáàÛú tanya sama elu.. elu kan tau semua olang dibumi... coba elu liat ada tidak manusia di bumi Malga Lim tapi Jawa. Klo ada kasih tau Owey ya."
Lalu Malaikat mulai mencari dan: "AHAaaaa.. aku menemukan satu marga Lim tapi Jawa... kalau dia jadi Presiden pasti ditakuti semua rakyat"
Lim penasaran:
" Haiya Owey bilang juga apa.. pasti ada malga Lim yg jawa aaaa..
Siapa namanya Malaikat?"
Malaikat menjawab: "LIM.......BAD"
Om Lim & Soeharto langsung Ngakak sampai ter-pingkal2, njungkel2...(Arif Budi Yuwono)
Langganan:
Postingan (Atom)