HumOr Edisi 21 Tahun Kedua, September 2013
Tiga AF yang AF TO DATE
"Ada 3 orang yang berinisial AF yang akhir2 ini menjadi terkenal, yaitu Aceng Fikri, Ahmad Fathanah dan Alex Ferguson. Yang terakhir bergelar 'Sir', dua sebelumnya bergelar 'Syur...'
(Koleksi: Wasito Djati Pribadi)
Ah....Ahmad Fathanah
Gambar Jajak Solo |
Wanita: "Hallo, bisa bicara dengan bapak Ahmad Fathanah (AF)?"
AF: "Iya saya sendiri, ada apa ya?"
Wanita: "Kalau begitu saya ingin bertemu n bicara serius 4 mata dengan bapak!"
AF: "Apakah anda mengenal saya?"
Wanita: "Tentu saja..! Bapak adalah ayah dari salah satu anak² saya.."
AF :... ?????? "Astaga.. Apakah kamu Ayu?"
Wanita: "Bukan, Pak.."
AF: "Icha?"
Wanita: "Bukan."
AF: "Tiara?"
Wanita: "Bukan."
AF: "Oliv?"
Wanita: "Bukan."
AF: "Kiki?"
Wanita: "Bukan."
AF: "Indri?"
Wanita: "Bukan."
AF: "Rani?"
Wanita (bingung): "Bukan pak.. Saya wali kelas anak bapak!"..
***
CICAK KASIH MAKAN BUAYA
Ketika Dullah pulang dari kebun melewati sebuah danau di tepi hutan, ia mendengar suara cekikikan. Ternyata ada sekelompok remaja wanita yang sedang berenang tanpa busana.
Rupanya mereka menyadari kehadiran Dullah. "Kami tidak akan keluar dari danau ini sebelum kamu pergi!!" kata mereka rame2. "Pergi dulu sana, jangan ngintip!"
Dullah menjawab, "Maaf, yaa, saya bukan tukang intip, saya cuma sebentar berada di sini," sambil mengangkat ember yang dibawanya. "Saya datang ke sini cuma mau kasih makan buaya kok."
***
NAMA SEBENARNYA
Bu Guru, “Siapa namamu, Nak?”
Murid, “Bu guru boleh manggil saya DITA, tapi teman2 di sini manggil saya LENI. Kalau di rumah, Bapak saya manggil RARA, tapi Ibu saya manggil FIA.”
Guru, “Loh.. jadi namamu siapa sih sebenarnya?”
Murid, “Ditaleni Rafia”
Guru, “Ooohhh...”
(Koleksi: Wasito Djati Pribadi)
***
PAMER
Sepasang pemuda (A) dan pemudi (B) sedang berpacaran.
A: yok..kita masuk kamar aja Yang...
B: ngapain..ogah ah..
A: ada sesuatu yang ingin kutunjukkan..gapapa kok..
(Dasar pengin lihat sesuatu, si B cepat mengiyakan. Maka masuklah keduanya ke dalam kamar).
A: pintunya ditutup aja Yang..
(Maka ditutuplah pintunya)
A: lampunya tak matiin aja Yang..
(Maka dimatikanlah lampunya)
A: nah..lihat nih Yang...hebat kan....arlojiku bisa menyala...
***
POLITISI
Seorang wanita yang sudah 3x kawin-cerai periksa ke dokter kandungan. Waktu dokter mau periksa bagian dalam, terjadi percakapan:
W: "Hati-hati periksanya ya Dok, saya masih perawan lho..."
Dr: "Lho... katanya ibu sudah kawin-cerai 3x..?"
W: "Gini Dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten..."
Dr: "Tapi suami ibu yang kedua tidak impoten kan?"
W: "Betul Dok, cuma dia Gay, jadi saya tidak pernah di-apa2in.."
Dr: "Lalu suami ibu yang ketiga tidak impoten dan bukan gay kan?"
W: "Betul Dok, tapi dia itu seorang POLITISI.."
Dr: "Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu...??"
W: "Dia? Ahh...CUMA JANJI2 aja...disentuh pun tidak.."
(Koleksi: Tris Sakeh)
AMANDEMEN UUD 1945, DENGAN RIANGNYA KITA MENERIMA GAGASAN IMPERIALIS-KAPITALIS
M DJOKO YUWONO |
PEMILU yang diikuti oleh banyak partai merupakan implementasi pasal 34 konstitusi RIS dan pasal 35 UUD Sementara 1950. Kedua konstitusi tersebut merupakan hasil penetrasi bangsa imperialis-kapitalis kepada bangsa Indonesia. Dengan demikian, pemilu banyak partai adalah bukti kemenangan kaum komprador dalam menguasai negeri ini. Ini kemudian disadari oleh Bung Karno sehingga keluarlah Dekrit Presiden Kembali ke UUD 1945.
Fakta ini juga disadari oleh Soeharto. Maka, segera setelah memegang tampuk kekuasaan Soeharto bukan mendirikan partai, melainkan memperkuat sebuah golongan besar yang disebutnya GOLKAR sebagai penampung berbagai macam kelompok dalam masyarakat untuk bermusyawarah mufakat dalam mengatasi persoalan bangsa.
Bila pada awal berdirinya NKRI fasisme menjadi alasan bagi bangsa imperialis-kapitalis untuk mengeksploitasi mental budak bangsa ini, pada pemerintahan Soeharto ketergantungan ekonomi menyebabkan mental budak pun kambuh, dan terselenggaralah pemilu dengan sistem banyak partai lagi, sampai kemudian muncul kesadaran perlunya meringkas banyak partai hanya menjadi dua partai (PPP dan PDI) plus satu golongan (Golongan Karya).
Untuk "mengingatkan" pada seluruh anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak mampu melakukan perlawanan terhadap tekanan imperialis-kapitalis, Soeharto pada tahun 1972 mengubah tanggal 17 Agustus menjadi HUT Republik Indonesia, bukan Hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ini artinya Soeharto sedang memberitahu anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak melaksanakan UUD 1945, melainkan UUDS 1950—mengingat yang menyatakan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai HUT RI hanya pembukaan UUDS 1950.
“Kepatuhan” bangsa ini pada bangsa imperialis-kapitalis terus berlanjut setelah lengsernya Presiden Soeharto. Bila di era Soeharto mental budak mengakibatkan anak-anak bangsa tak mampu mengadakan perlawanan secara keseluruhan, maka pada era reformasi mental tersebut telah membuat anak-anak bangsa dengan riangnya menerima penjajahan atas ide dan gagasan imperialis-kapitalis. Bentuk kegembiraan tersebut dinyatakan melalui amandemen UUD 1945, yang justru mengukuhkan UUD Sementara 1950. Ini tentu saja menjadi sesuatu yang ironis dan konyol. Apa yang menjadi alasan sehingga perlu dilakukan amandemen UUD 1945, mengingat UUD 1945 itu sendiri belum pernah dilaksanakan secara konsekuen sejak NKRI berdiri sampai hari ini?
Maka, beralasanlah jika kecurigaan kita alamatkan pada kepentingan bangsa imperialis-kapitalis atas amandemen tersebut, justru melalui tangan-tangan para anak negeri ini sendiri. Duh…
Fakta ini juga disadari oleh Soeharto. Maka, segera setelah memegang tampuk kekuasaan Soeharto bukan mendirikan partai, melainkan memperkuat sebuah golongan besar yang disebutnya GOLKAR sebagai penampung berbagai macam kelompok dalam masyarakat untuk bermusyawarah mufakat dalam mengatasi persoalan bangsa.
Bila pada awal berdirinya NKRI fasisme menjadi alasan bagi bangsa imperialis-kapitalis untuk mengeksploitasi mental budak bangsa ini, pada pemerintahan Soeharto ketergantungan ekonomi menyebabkan mental budak pun kambuh, dan terselenggaralah pemilu dengan sistem banyak partai lagi, sampai kemudian muncul kesadaran perlunya meringkas banyak partai hanya menjadi dua partai (PPP dan PDI) plus satu golongan (Golongan Karya).
Untuk "mengingatkan" pada seluruh anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak mampu melakukan perlawanan terhadap tekanan imperialis-kapitalis, Soeharto pada tahun 1972 mengubah tanggal 17 Agustus menjadi HUT Republik Indonesia, bukan Hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ini artinya Soeharto sedang memberitahu anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak melaksanakan UUD 1945, melainkan UUDS 1950—mengingat yang menyatakan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai HUT RI hanya pembukaan UUDS 1950.
“Kepatuhan” bangsa ini pada bangsa imperialis-kapitalis terus berlanjut setelah lengsernya Presiden Soeharto. Bila di era Soeharto mental budak mengakibatkan anak-anak bangsa tak mampu mengadakan perlawanan secara keseluruhan, maka pada era reformasi mental tersebut telah membuat anak-anak bangsa dengan riangnya menerima penjajahan atas ide dan gagasan imperialis-kapitalis. Bentuk kegembiraan tersebut dinyatakan melalui amandemen UUD 1945, yang justru mengukuhkan UUD Sementara 1950. Ini tentu saja menjadi sesuatu yang ironis dan konyol. Apa yang menjadi alasan sehingga perlu dilakukan amandemen UUD 1945, mengingat UUD 1945 itu sendiri belum pernah dilaksanakan secara konsekuen sejak NKRI berdiri sampai hari ini?
Maka, beralasanlah jika kecurigaan kita alamatkan pada kepentingan bangsa imperialis-kapitalis atas amandemen tersebut, justru melalui tangan-tangan para anak negeri ini sendiri. Duh…
HIKAYAT BAYI BESAR DI NEGERI UNDUR-UNDUR
M Djoko Yuwono |
Oleh Ki Jenggung
SYAHDAN, pada zaman dulu di negeri Undur-Undur terdapat seorang pangeran yang masih bayi tapi aneh. Badannya besar, subur—mungkin sekarang disebut menderita obesitas atau bayi gajah—tapi ya tetap saja seorang bayi, tidak dewasa betulan. Tapi, karena dia pangeran, rakyat dan punggawa tetap saja menghormatinya. Kalau tidak, mereka dihukum adyaksa karena menistakan lambang negara.
Pangeran bayi ini lahir salah musim. Ketika rakyat Undur-Undur sedang kisruh, banyak perkelahian, pengeroyokan, perjudian, permalingan, korupsi, percanduan, kawin siri, pelacuran on-line, rebutan kedudukan, berlomba-lomba ingin menjadi raja bohongan, rakyat saling bunuh karena stres ekonomi dan sosial, sehingga perlu raja atau perwira yang gagah berani. Ternyata, yang didapat bayi kegemukan itu.
Pangeran bayi ini anak tunggal, disusui ibu tunggal, diasuh ayah tunggal, digendong mbok emban (sekarang namanya baby sitter) tunggal, maka setiap reguk ASI mengandung cita rasa manja. Dia suka menangis merengek minta dikasihani. Pangeran bayi tak berani—tentu saja—berbuat apa-apa, takut disebut anak nakal.
Kata yang empunya cerita, negeri tetangga Undur-Undur bikin ulah. Bekas punggawanya menghina paman kecil negeri Undur-Undur. Kontan rakyat Undur-Undur marah, mengancam akan membakari kebun milik tetangga. Kontan pangeran bayi nangis ketakutan. Maksudnya takut kepada rakyat negerinya, takut dilengserkan. Maka, ia pun pura-pura marah pada orang negeri tetangga yang lancang dan bermulut tajam tersebut. Esok hari si bayi ingin bermain ke negeri tetangga itu atas undangan raja tetangga. Rakyat Undur-Undur tak berharap banyak. Paling tidak si bayi bakal marah-marah, atau menyindir-nyindir.
Celaka betul rakyat Undur-Undur. Di negeri tetangga, pangeran bayi diam saja, senyum-senyum, sebab ternyata di sana ia diberi permen loli. Semua jadi lupa si bayi, malah memuji-muji negeri tetangga yang baik hati itu, lupa hari itu ia hendak marah.
Orang sudah lama tahu. Kalau ingin mencuri kelapa sawit, ikan, emas, minyak bumi, gas, atau apa saja, orang seberang tinggal menakut-nakuti bayi yang masih suka mimik ASI. Kalau menangis, beri dia permen loli, dan si bayi besar bakal siap menandantangani apa saja. Belum lama ia juga diberi es loli dan esok harinya si pemberi senyum simpul menggulung dokumen yang menjamin kekayaan 20-30 tahun mendatang.
Bayi besar beruntung mendapatkan permen loli. Rakyatnya celaka dua belas. Dulu sekali si bayi juga ditakut-takuti unsur dalam negeri Undur-Undur, si bayi meronta-ronta lalu membagi permen loli pada pengganggunya. Si pengganggu ada yang diam-diam mengisapi permen, lainnya langsung pindah partai.
Hayo siapa mau untung besar? Takut-takuti saja si bayi itu. Maka, syahdan begitulah akhir cerita dari empunya hikayat yang tidak kebagian permen.
Lelucon Mei Takiyaaaa
POLITISI
Seorang wanita yang sudah 3x kawin-cerai periksa ke dokter kandungan. Waktu dokter mau periksa bagian dalam, terjadi percakapan:
W: "Hati-hati periksanya ya Dok, saya masih perawan lho..."
Dr: "Lho... katanya ibu sudah kawin-cerai 3x..?"
W: "Gini Dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten..."
Dr: "Tapi suami ibu yang kedua tidak impoten kan?"
W: "Betul Dok, cuma dia Gay, jadi saya tidak pernah di-apa2in.."
Dr: "Lalu suami ibu yang ketiga tidak impoten dan bukan gay kan?"
W: "Betul Dok, tapi dia itu seorang POLITISI.."
Dr: "Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu...??"
W: "Dia? Ahh...CUMA JANJI2 aja...disentuh pun tidak.."
(Tris Sakeh)
Kartun Apat Cartoon |
WUKA
Seorang politisi bersemangat tinggi mendatangi perkampungan suku terasing untuk berkampanye. Didepan warga suku, di ladang ketela yang habis dipanen, politisi kita berpidato berapi-api,
"Saya datang kesini, karena saya mencintai Saudara-saudara semua!"
"Wuukaaaa!!!" orang-orang berteriak serempak sambil mengepalkan tangan ke udara. Politisi kita jadi kian membara semangatnya.
"Dengan sepenuh hati akan saya perjuangkan kemakmuran untuk Saudara-saudara!"
"Wuukaaaa!!!"
"Perumahan yang lebih baik!"
"Wuukaaaa!!!"
"Makanan yang lebih lezat dan bergizi!"
"Wuukaaaa!!!"
"Pendidikan!"
"Wuukaaaa!!!"
"Kesehatan!"
"Wuukaaaa!!!"
"Kehidupan yang lebih bermartabat!"
"Wuukaaaa!"
Itu sungguh kampanye yang gegap-gempita dan alangkah meriahnya.
Usai kampanye, politisi meninjau perkampungan diiringkan Kepala Suku. Ia pun tertarik pada bangunan besar tepat ditengah perkampungan itu.
"Bangunan apa itu?"
"Kandang kuda".
"Kuda?"
"Ya. Kami menggunakan kuda untuk berburu. Kuda-kuda milik semua warga disimpan di kandang itu".
Lagi-lagi politisi kita bangkit semangatnya. Kebetulan sekali ia sendiri adalah penggemar kuda yang fanatik. Matanya kontan berbinar becahaya,
"Saya ingin melihat kuda-kudanya!"
"Oh, silahkan. Tapi hati-hati melangkah ya... sayang sepatu Bapak kalau sampai menginjak wuka..." (Istiyadi Ahmad copas dari status Gus Cholil Yahya Staquf)
Langganan:
Postingan (Atom)