Kartun Non-O |
Seorang usahawan berjalan menyeret kakinya pulang dan nyaris tak mampu mencapai kursi malas ketika ia terhenyak kehabisan tenaga. Isterinya dengan penuh kasih sayang membawakan minuman dingin dan menghiburnya.
"Kau kelihatan lelah sekali," kata isterinya. "Kau pasti mengalami hari yang berat tadi. Apa yang terjadi hingga kau begitu kelelahan?"
"Mengerikan sekali!" jawab sang suami, "Komputer rusak sehingga aku harus berpikir sendiri, mam!" (Sudi Purwono Baru)
***
Sebelum naik ke pesawat, satu pasangan pria-wanita tampak saling berpelukan dan berciuman serta menyatakan kesedihan akan perpisahan mereka. Akhirnya terdengar pengumuman agar semua penumpang segera naik pesawat. Pasangan ini berciuman untuk terakhir kalinya, lalu sambil sambil terisak-isak si wanita naik ke pesawat kemudian duduk di kursinya. Seorang wanita lanjut usia menyaksikan seluruh kejadian itu, berkata pada wanita muda yang masih bersedih itu, "Saya tahu persis perasaan Anda. Anda sedih sekali karena harus berpisah untuk sementara dengan suami Anda."
"Bukan begitu, bu," sahut wanita muda tadi, "Saya menangis justru karena sekarang saya harus kembali kepada suami saya." (Sudi Purwono Baru)
***
Seorang aktor kawakan coba menguji ketenarannya pada seorang gadis cantik yang dijumpainya di sebuah mall.
"Kamu pasti kenal saya, kan?" tanya sang aktor yakin.
Gadis itu cukup lama berpikir tanpa menjawab.
"Masak kamu tidak tahu, saya kan sering tampil di bioskop."
"Ooo..." seru si gadis muda itu dengan rasa bingung yang mulai reda. "Oom sering nonton di bioskop mana, ya?" (Sudi Purwono Baru)
***
Namanya adalah Susan Jamine Zulkifli. Dia baru saja dilantik sebagai Lurah di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta. Dari namanya tentu saja awak berpikir pastilah dia seorang perempuan.
Upps..Pemikiran awak selintas tentang dia adalah perempuan itu saja di masa sekarang, hmmm…Sepertinya sudah tak pantas lagi. Pemikiran seperti itu rasanya seolah kembali mundur bertahun-tahun. Karena, memangnya kenapa pula kalaulah dia benar seorang perempuan? Apakah anda meragukan potensinya karena gender tadi?
Apalagi jika awak mulai pula mengarah kepertanyaan, apa agamanya? Dan tak habis sampai disana, masih ada lagi pertanyaan, jika agamanya adalah A, aliran apa pula dia dari agama itu. Lalu, jika kemudian diketahui kalau ternyata dia beragama A dan dari aliran AB, masih ada lagi pertanyaan, dari agama, aliran dan sekte mana pula? Begitu seterusnya dan seterusnya.
Hingga kemudian akhirnya diketahuilah bahwa dia ternyata beragama A dan dari aliran AB, dengan sekte ABC, lalu ternyata dia jemaat dari ABCD, yang ternyata sama dengan awak. Barulah kemudian awak bersedia bersalaman dengannya dan menerima dia. Bah! Hehehe..Repot amat awak, yah?
Syahdan, ada salah satu dari banyaknya kisah tentang Nasruddin Hoja, seorang Sufi yang konon hidup pada abad ke 14, yang kisah-kisahnya telah mendunia dan di bukukan di berbagai bahasa, seolah menjawab pertanyaan awak tadi.
Pagi itu Nasruddin dan seorang sahabatnya sedang berada di sebuah pasar yang ramai dan hiruk pikuk. Lalu sahabatnya mengatakan. “Mengapa tidak dibikin saja sebuah aturan oleh penguasa, bahwa jika berjalan di pasar, haruslah berjalan ke satu arah yang sama.” Nasruddin menjawab,”Jika semua berjalan di satu arah. Maka dunia akan miring, karena dunia menjadi berat sebelah.”
Keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru karena kemajemukan.
Para pemikir dari tanah air tercinta ini telah menyadarinya di masa silam dengan membidani kelahiran Pancasila bagi kita semua. Maka, siapakah awak ini hingga berani mengusik dan menggelitik-gelitiknya, dengan berbagai pemikiran yang mundur kebelakang jaman?
Menyadari itu, kini awakpun putar setir untuk kembali maju melangkah sambil berteriak,”Susan Jamine Zulkifli, aku mendukung dan memberi kesempatan sebesar-besarnya buatmu untuk kau buktikan. Silahkan!” (GÕm Tobing)
Gbr Ribut Mardiyanto |
0 komentar:
Posting Komentar