|
Foto kiriman: Sutiadi S |
Sebuah SMS masuk ke hape Andre, isinya berbunyi, "Uangnya dikirim via Bank Mandiri aja atas nama Sri Rejeki no AC 002387908765, trims." Karena kesal sering terima SMS semacam itu, Andre lalu membalas, "Sudah dikirim 5 juta lewat Bank Thoyib!" (dms)
Kriiing..7X (bunyi telpon)
"Halo, slmt siang", jwb si Inem
"Lho, siapa ini?" sahut seorg pria.
"Oh, sy pembantu baru disini Pak.Baru dtg siang ini."
"Kalo begitu, Ibu mn?"
"Ibu sdg dikmr tidur"
"Tolong panggilkan."
"Maaf, Bpk siapa yah?"
"Saya suaminya."
"Lho... Ibu di kmr sm Bapak kok?!" si inem kaget
"APAA ?!" si Bpk lebih kaget lg.
Si inem jd bingung.
"Nama kamu siapa?"
"Nama saya inem, Pak" jwb si Inem dg gemetar.
"Inem, spt apa pria yg di kmr dng ibu?"
"Rambut ikal & kulit hitam." jwb Inem .
"KURANG AJAR !! Pasti si Johan sopir itu. INEM !!", teriak Bpk. "Ya Pak?"
"Coba kamu intip, sdng apa mereka?"
"Aduh Pak, sy ga berani"
"HEH !! Saya Tuanmu tau !! Cepat sana liat !! Kalau tdk sy pecat kamu."
Dgn lutut gemetar, Inem berjln menuju kmr majikannya. Stlh melihat keadaan di dlm & lngsng ke telpon lg.
"Halo Pak.."
"Yaa, apa yg terjadi?" jwb Bpk.
"Ibu sm pria itu sdng tidur, Pak"
"Cuma tidur?" tny si Bpk
"SUDAH SAYA DUGA !!
DASAR !!!" omel si Bpk.
"INEM !", teriak si Bpk, "Iya Pak"
"CEPAT ambil tali & ikat mereka berdua!"
"Aduh Pak, saya tdk berani",
"Dasar kamu bodoh, nanti sy beri uang 1 juta" teriak si Bpk. Krn diiming2 uang, timbul keberanian si Inem. Larilah dia ke dapur utk cari tali. Stlh itu, Inem msk ke kmr majikannya. Dng hati-hati, dia ikat tangan si Pria lalu kaki. Stlh itu dia ikat tangan & kaki si Ibu. Tp sial, si Ibu terbangun & teriak:
"INEEM. APA YANG KAMU LAKUKAN !!Mau merampok ya ?!"
"Maaf Bu, sy disuruh Bpk."
lngsng si inem lari ke arah telpon, tinggalkan majikannya yg teriak2.
"Pak, sdh saya ikat" lapor si Inem dg ngos2an.
"Bagus, skrg ambil kamera dimeja kerja sy "
"Meja kerja yg dimn?" tny si Inem.
"Gmn sih kamu ini. Itu yg di bwh tangga."
"Tangga??" si Inem kebingungan
"Dirmh ini kan ga ada tangganya, Pak. ga ada tingkat.", timpal Inem.
Hening sesaat....
"Brp no telpon ini?", tny si Bpk
"32902076, Pak", jwb si Inem dng polos.
"Ooh, Maaf ya... ternyata sy salah sambung."
Inem : gubraKK.1@@!??@#
(Dikiirim Pandoyo TB)
Inez, sekretaris yang terlalu asyik dengan pekerjaannya, bergabung dengan biro jodoh untuk mencari pasangan yang cocok. Dia menginginkan laki-laki yang kecil tapi menarik, menyukai olahraga air, dan suka dalam kegiatan-kegiatan kelompok. Pagi berikutnya, komputer memberinya alamat seekor penguin.
Tiga orang sekretaris, Evy, Eny dan Ely, asyik ngerumpi waktu minum teh pagi.
“Semalam aku meninggalkan kondom di meja Pak Dandy,” bisik Evy.
“Aku melihatnya. Lantas benda itu sengaja kulubangi, sahut Eny.
Ely pun jatuh pingsan.
Ketika melihat ristleting celana bosnya terbuka, seorang sekretaris dengan kemalu-maluan memberi tahu bosnya ketika ia hendak meninggalkan kantor,
“Pintu garasi Anda terbuka.”
Bos yang kebingungan itu tidak tahu apa maksud sekretarisnya, sampai salah seorang stafnya akhirnya memberi tahu apa yang dimaksud sekretaris itu
Hari berikutnya, ia memanggil sang sekretaris ke ruangannya dan bertanya, “Kemarin, ketika kamu melihat pintu garasiku terbuka, apakah kamu melihat Volvo limousine merah di dalamnya?”
“Oh tidak,” sahut sekretaris itu, “itu cuma sebuah VW warna pink dengan dua ban depannya yang kempes!”
“Apa perbedaan antara sekretaris yang baik dan sekretaris yang terbaik?”
“Yang satu menyapa bosnya dengan ucapan, “Selamat pagi, Pak,” dan yang satunya lagi memberi ucapan sambil bermalas-malasan,” Sudah pagi, Pak.”
Nyonya Valencia mengiklankan diri akan menjual volvonya dengan harga cuma Rp 50 ribu saja.
“Nggak apa-apa,” sahut Nyonya Valencia,” jika Anda menginginkannya, berikan saja uang Rp 50 ribu dan bawalah pulang. Kalau Anda tidak tertarik, mohon jangan buang-buang waktu.”
Setelah mengangsurkan pembayaran, Firman meminta kuncinya, “Terima kasih, tapi omong-omong, kenapa mobil ini Anda jual dengan harga murah, sih?”
“Suami saya baru saja meninggal dunia,” jawab Nyonya Valencia, “dan dalam surat warisannya diinstruksikan agar mobil ini dijual dan hasil penjualannya diberikan kepada sekretarisnya.”
Malam pertama Inem menjadi pembantu. Tiba-tiba lampu mati. Ia tanggap ketika ada sosok tubuh yang mendekati.
“Nem, jangan bilang papi dan mami, ya!” bisik sosok dalam kegelapan itu. “Sialan! Anak majikan yang datang!” keluhnya. Malam kedua lampu kamar mati lagi. Terdengar bisikan.
“Nem, jangan bilang sama nyonya dan anak saya!”
Malam ketiga lampu kamar mati. Terdengar lagi bisikan yang lirih, “Nem, jangan bilang sama tuan dan anakku!”
“Busyet! Lesbian!” gerutu Inem dalam hati.
Pada seleksi akhir penerimaan calon sekretaris, sang bos melakukan wawancara langsung.
“Apa yang akan Anda lakukan jika jabatan sekretaris sudah di tangan?”
Calon 1 : Saya ingin mencapai puncak karier di perusahaan ini.”
Sang bos membuat catatan: Berambisi, diprioritaskan.
Calon 2 : “Saya akan membantu perusahaan ini mencapai puncak kemajuan.”
Sang bos mencatat: Berdedikasi, diprioritaskan.
Calon 3 : “Saya akan membuat bos mencapai ‘puncak’!”
Catatan sang bos: Tahu posisi, diterima.
Seorang pramunikmat yang tersohor berminat menerbitkan buku memoarnya. Tentu saja buku itu berisi tentang petualangan asmaranya dengan berbagai laki-laki langganannya.
Mendengar berita tersebut, Pak Joni –pejabat yang cukup terpandang- merasa gusar. Ia khawatir jangan-jangan pramunikmat itu menyebut namanya dalam buku itu. Maklum, ia pernah menjadi pelanggan setia pramunikmat itu.
Akhirnya ia menghubungi pramunikmat itu dan kemudian terjadilah tawar menawar. “Aku beri kamu uang. Tapi jangan sekali-kali menyebut nama saya. Setuju!”
“Baik!”
Dan ketika buku itu terbit, di salah satu babnya, tertulis: “Seorang pejabat terpandang, Pak Joni, memberi saya sejumlah uang sebagai imbalan agar saya tidak menyebut namanya dalam buku ini. Dan saya setuju!”
“Mas, apakah kamu sudah menyiapkan nama yang bagus untuk anak kita?” tanya seorang istri pada suaminya sambil mengusap-usap perutnya.
“Sudah. Pokoknya laki-laki atau perempuan, beri saja nama ‘Selingkuh’!”
“Ih, namanya kok aneh, sih?”
“Ya, hanya itu nama yang cocok untuk anak yang punya ayah mandul seperti aku!”
“Katanya kamu punya masalah dengan pacarmu?”
“Iya.”
“Kenapa?”
“Aku memergokinya selingkuh.”
“Dengan siapa?”
“Dengan suaminya!”
Konglomerat Indonesia sedang menjamu wartawan dari Amerika. Ia mengajak tamunya berkeliling Jakarta.
“Lihat, bentuk Monumen Nasional kami berbeda dengan milik bangsa lain.”
“Ah,” potong wartawan itu, “Di negeri kami setiap monumen atau gedung megah sekali pun tidak banyak berarti bagi seorang David copperfield. Anda tahu, ia dapat menghilangkan apa saja termasuk Monas ini.”
“Itu belum seberapa,” konglomerat itu tidak mau kalah, Copperfield hanya dapat menghilangkan, tapi tidak dapat mengubahnya.”
“O, ya?” tamunya menyeringai.
“Lihat kawasan kumuh itu,” kata konglomerat itu. “Saya dapat menghilangkannya dalam semalam, untuk kemudian mengubahnya menjadi gedung yang megah.”
Seorang wartawan mewawancarai seorang pemandi jenazah di RSUP.
“Pengalaman apa yang paling mengesankan selama Anda bertugas?”
“Memandikan jenazah seorang pejuang dan seorang konglomerat.”
“Mengapa?”
“Saya menemukan sesuatu pada tubuh mereka.”
“Apa itu?”
“Tato ‘Indonesia’ di dada pejuang dan tato ‘Rupiah’ di dada konglomerat.”