M Djoko Yuwono |
Oleh Ki Jenggung - Tabloid O-Posisi
ADALAH suatu sukses luar biasa, satu capaian ekonomi yang baru terjadi sepanjang sejarah Republik Indonesia, adalah pertumbuhan 6,3% di tengah gejolak ekonomi dunia, ditambah angka investasi semester pertama 2012 terbesar dalam sejarah nasional, mungkin juga umat manusia di bumi. Ruaaar biyasa ....
Sukses Ekonomi - Rakyat Kecil Mati
Tapi, “sukses” ekonomi itu diiringi sukses bencana sosial: banyak orang bunuh diri karena faktor ekonomi, orang melarat tak bisa berobat bahkan di RS pemerintah pun. Memang ada setumpuk kartu “gila-gilaan” penuh pencitraan untuk menolong orang melarat, tapi di tingkat praktik semuanya omong kosong—persis seperti janji kampanye parpol-parpol geblek.
“Sukses” lainnya adalah di bidang olahraga, yaitu centang-perenang, carut-marut, dan bau korupsi yang menyengat. Contohnya masalah hiruk-pikuk sepakbola yang tak pernah usai, prestasi yang "dobo” baik di tingkat regional apalagi internasional, penyelenggaraan ASEAN Games yang terganjal kasus korupsi, ditambah kelambatan pembangunan venues, penyelenggaraan PON ke-18 yang lelet sehingga tidak siap, malahan kanopi salah satu bangunannya ambrol menimpa kendaraan peserta; kolam yang kotor, track yang berlumpur, jalan yang masih menyengsarakan.
Itu belum. Monumen Kompleks Olahraga Hambalang yang dipersiapkan menjadi petanda keberhasilan pembangunan ekonomi rezim SBY justru rontok di tengah jalan karena adanya pemaksaan kehendak, siluman, salah desain, dan tentu saja kecurigaan korupsi yang melibatkan tingkat staf cere sampai tingkat kementerian.
Ini adalah prestasi luar biasa yang belum ada dalam sejarah nasional: korupsi massal.
“Tak masalah!”
“Sukses” carut-marut olahraga itu akan dilihat lebih hebat lagi dalam PON ke-18 di Provinsi Riau. Kelambatan pembangunan kompleks olahraga selama enam tahun menggaris bawahi lagi kelambatan dan kelembaman pemerintah selama delapan tahun terakhir. Namun demikian, selama delapan tahun itu pula berkembang jargon, slogan, dan promosi-promosi yang nekad tanpa melihat kenyataan. Itulah ciri iklan yang denderung menipu. Dengan penuh keyakinan, para pejabat meyakinkan bahwa venues PON ke-18 telah siap. “Ayo, kita bisa!” Sedangkan dalam tayangan TV dengan sistem split image ditunjukkan bahwa beberapa venue olahraga masih terbengkalai.
Para olahragawan dari daerah lain yang sudah datang untuk berlatih di lapangan pun kecewa. Bangunan belum siap, air belum mengalir, listrik belum menyala, sisa-sisa bangunan berserakan, kolam air kotor dan membikin gatal perenang, paku-paku berserakan membikin atlet merinding.
Olahraga modern bentuk baru
Prestasi lain yang mungkin bisa diukir dalam perhelatan “paling akbar” dalam sejarah olahraga nasional adalah perlombaan jenis baru semuanya. Betapa tidak?
Beberapa halangan yang sudah disebutkan itu masih ditambah lagi dengan faktor lingkungan seperti asap akibat kebakaran hutan di sekitar Pekanbaru, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kita tunggu apakah nanti ada adegan lucu-lucu atau aneh-aneh dalam pertandingan, misalnya:
• Lomba lari memakai pakaian selam. Ini terjadi dalam nomor maraton, sprint 100 meter, lompat jauh, lompat jangkit, dan lari gawang. Kenapa aneh atau lucu? Karena para atlet mengenakan kacamata selam, masker, tabung pernafasan untuk penyelam. Ini karena kabut asap kebakaran hutan begitu menyengat menyesakkan nafas. Nantinya ada atlet maraton yang kesasar ke kafe karena waktu berlari ia mengenakan topeng gas, sehingga sulit melihat track.
• Atlet tenis meja atau badminton mengenakan helm pengaman, takut atap gedung roboh. Semua penonton diminta memakai helm serupa.
• Atlet motocross (kalau ada) bisa jadi tak sampai finish, sebab tertancap lekat di lumpur track-nya. Mudah-mudahan tidak ada macam itu.
• Para atlet voli mamakai sepatu banjir sebab lapangannya masih becek.
• Dan, masih banyak lagi, Cing.
Tentu saja kita tak berharap demikian, sebab nanti orang akan bingung ini Pekan Olahraga biasa ataukah paralimpik? Yang kita tekankan adalah sekarang ini sudah bukan zamannya lagi bersialt lidah, menjual slogan-slogan yang didikte oleh para motivator yang kaya karena banyak orang geblek, bingung di negeri ini.
Rakyat cuma ingin hasilnya, bukan publikasi angka-angka yang selalu dielus-elus, dicumbu, ditiduri siang malam sebagai kompensasi kegagalan pemimpin. Selamat bertanding! Dan, selamat diperiksa KPK!
0 komentar:
Posting Komentar