M Djoko Yuwono |
Oleh Ki Jenggung
JAMUAN makan malam resmi di Istana. Presiden mengangkat gelas toast dengan tamunya, Presiden Prof. Dr. Dracula, MM, MSc. Tamu menikmati makanan junk foods dari gerai makanan waralaba asing.
“Tuan Presiden, saya lihat ada ribut-ribut demo, ada apa gerangan?” tanya si tamu usil itu, Prof. Dr. Dracula, MM.
“Ah, riak kecil menjelang pengumuman penaikan harga BBM,” jawab tuan rumah, tak peduli.
“Lho, saya dengar itu sudah sebulan lebih didiskusikan ke sana ke mari dengan DPR, pers, perguruan tinggi, dan dukun-dukun, kok baru sekarang diumumkan?”
“Itu taktik saya mengulur waktu buat cari utangan dari luar negeri untuk dana kompensasi.”
“Berapa puluh juta orang melarat yang akan Anda santuni?”
“Cuma 15,5 juta rakyat miskin di negeri kami, mereka akan kami bagi duit masing-masing Rp150 ribu selama empat bulan.”
“Are you crazy, Mr. President?” pekik si tamu, “dengan mengulur waktu pengumuman, Anda sudah membiarkan harga liar membubung, dan berhutang lagi adalah sebuah perbuatan amoral, di luar akal. Kenaikan harga BBM akan menghapus semua prestasi Anda selamanya. Anda akan dikenang sebagai presiden yang lemah, lambat, tidak jantan, bikin sengsara rakyat di masa akhir jabatan Anda. Anda akan dihujat rakyat seumur hidup Anda sebagai pengecut besar!”
“Betulkah?”
“Damned right Mr. President, please be wise.”
***
TERLIHAT seorang pria gendut tinggi masih mengenakan tuxedo naik ojek menyelip-nyelip di antara kendaraan yang masih memadati jalan ibukota di malam itu. Di belakangnya staf kepresidenan tergopoh-gopoh memburunya pakai ojek juga. Malam itu ada serombongan pengendara sepeda motor aneh, menyelip-nyelip bererotan, kata orang Betawi.
Tiba di stasiun TV nasional, ia bertemu Menteri Energi dan Sumber Daya Geblek (ESDG), Menko Ekonomi, Keuangan, dan Kekurangan yang baru saja mengumumkan kenaikan harga premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500, solar menjadi Rp5.500.
“Gila! Harga premium ketinggian, itu! Kendaraan angkot masih banyak yang pakai, nanti tarifnya terlalu tinggi, kasihan rakyat, kan? Masih banyak orang melarat tulen, terutama pensiunan wartawan yang naik motor rombeng,” dampratnya.
Pria ber-tuxedo itu lantas menyerobot masuk dan minta siaran langsung.
“Ehm, ehm dengan ini saya sebagai presiden mengumumkan penaikan harga BBM dibatalkan.”
Para menteri yang barusan mengumumkan penaikan harga BBM terbengong-bengong. Para pembantu, staf khusus dan staf jadi-jadian asal ada honor terengah-engah tiba di stasiun TV, hampir pingsan semua.
“He! Kenapa Pak Presiden jadi begitu?” tanya para menteri yang jadi korban ditidakjelasan.
“Maaf, Pak. Barusan ada konfirmasi dari rumah tangga kepresidenan bahwa gelas toast untuk presiden dan tamu negara tertukar. Yang berisi vodka justru ditenggak presiden kita, sedangkan yang berisi air mineral ditenggak presiden tamu,” kata jubir presiden terengah-engah kehabisan napas, sembari minta minum.
“Tapi, pembatalan itu baik untuk rakyat, kan?” bisik seorang menteri.
“Itulah celakanya, keputusan negeri ini tampaknya baru benar dan tepat bagi rakyat kalau dikeluarkan dalam keadaan mabuk.”
***
BERUNTUNGLAH saudara-saudari, kejadian kocak itu bukan di Indonesia, melainkan di Negeri Undur-Undur, tanah air kelahiran Ki Jenggung dan Ki Sruntul.
0 komentar:
Posting Komentar