<div style='background-color: none transparent;'></div>

HumOr Edisi 21 Tahun Kedua, September 2013

HumOr Edisi 21 Tahun Kedua, September 2013
Komedi Manusia - GM Sudarta (Oil on Canvas)






Antara Langit dan Bumi

Jumat, 06 September 2013


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | komentar (1)

Infus Hati Nurani

Kamis, 05 September 2013


Kartun Non-O S Purwono

Continue Reading | komentar

Rileks Sejenak Bro...

Sabtu, 31 Agustus 2013


(Berdasarkan posting Peta Ariadi)

Continue Reading | komentar (1)

Jarak antara Bumi dan Langit

Kartun Non-O


Continue Reading | komentar (1)

Dongeng tentang Lili


Syahdan menurut sahibul fesbukiyah, adalah seorang gadis bernama Li-li. Ia menikah dan tinggal bersama suami beserta Ibu mertua. Li-li menyadari, bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya, dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Li-li sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Sebaliknya, Li-li juga dikritik terus-menerus.

Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-li dan Ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan bertambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Li-li harus taat kepada setiap permintaan sang mertua. Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu, mengakibatkan suami Li-li, yang miskin itu, dalam stress yang besar.
Akhirnya, Li-li tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi Ibu mertua. Dia memutuskan melakukan sesuatu. Li-li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, sang penjual jamu..
Li-li menceritakan apa yang dialaminya dan meminta agar Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun, supaya semua kesulitannya selesai. Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum, “Li-li, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta.”
“Baik, saya akan melakukan apa saja yang Anda minta,” jawab Li-li.

Beberapa menit kemudian, Mr. Huang muncul dengan sekantong jamu. Dia memberikan pada Li-Li, “Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu, saya memberimu, sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh Ibu mertuamu. Setiap hari, masaklah daging babi atau ayam, dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dengan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”
Li-Li sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu mertua. Minggu demi minggu berlalu, dan berbulan bulan berlalu, setiap hari Lili melayani Ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat apa yang dikatakan Mr. Huang untuk menghindari kecurigaan. Li-Li mengendalikan emosinya, menaati Ibu mertua, Memperlakukannya seperti Ibu sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Li-li telah belajar mengendalikan emosinya begitu rupa, sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak mendebat sekalipun Ibu mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.
Sikap Ibu mertua terhadap Li-li pun berubah, dan dia mulai menyayangi Li-li seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya, bahwa Li-li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-li dan Ibu mertuanya sekarang berlaku seperti Ibu dan anak sungguhan. Suami Li-li sangat senang melihat apa yang telah terjadi.

Satu hari, Li-li datang menemui Mr. Huang, dan minta pertolongan lagi, “Mister Huang, tolonglah saya, untuk mencegah racun itu membunuh Ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi perempuan yang sangat baik, dan saya mengasihinya seperti Ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan,….”

“Jangan khawatir Li-li,” Mr. Huang tersenyum, “Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu, adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada, ialah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya,…” (Sunardian Wirodono)


Continue Reading | komentar (1)

Quo Vadis Tahun Politik?


Kartun Non-O

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Continue Reading | komentar (1)

RR...Ruarrrrr Biasaaaa!


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | komentar
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr Online . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger