<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Kesandung Oyot Mimang

Kesandung Oyot Mimang

Anis Sholeh Ba’asyin

“Tampaknya bangsa ini sedang kesandung oyot mimang” celetuk seorang kawan seusai menghadiri dialog dengan para pakar keIndonesiaan.
Oyot mimang atau akar mimang adalah sejenis akar yang dipercaya punya daya magis. Konon orang yang tersandung akan berputar-putar di sekitar akar tersebut. Ke arah manapun dia melangkah, pada akhirnya akan selalu kembali ke tempatnya semula.
Di Jawa misalnya, kepercayaan ini sedemikian kuat sehingga istilah ‘tersandung akar mimang’ secara konotatif dipakai untuk menyebut orang yang kebingungan mencari jalan keluar.
Tentang bagaimana situasi ‘tersandung akar mimang’ itu, seorang tentara pernah bercerita tentang pengalamannya tersesat di tengah hutan. Semula ia dan pasukannya heran, karena setiap kali berjalan untuk keluar hutan, selalu saja kembali ke dekat sebuah pohon besar.
Itu terjadi berulang-ulang, sehingga pasukannya mulai terlibat dalam perdebatan yang makin lama makin sengit. Mulai dari masalah kompas yang dianggap bermasalah, pembacaan kompas yang dicurigai keliru, pencari jalan yang dituding teledor sampai dengan komandan yang dinilai tidak punya ketegasan menentukan pilihan.
Yang membuat mereka tak habis pikir, begitu katanya, setiap kali berjalan mereka selalu yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka menempuh arah yang benar menurut kompas dan petunjuk-petunjuk lainnya. Tapi kenyataannya mereka tak pernah keluar dari hutan, kecuali kembali ke tempatnya semula.
Melihat perjalanan yang aneh tersebut, demikian lanjutnya, dia mulai berpikir: jangan-jangan mereka tersandung akar mimang. Tentu saja tak semua anggota pasukan percaya hal tersebut, sebagian malah menertawakannya.
Hal ini justru makin menambah ketakutannya. Karena konon orang yang tersandung akar mimang akan cenderung kesetanan mencari jalan keluar, dan semakin lama akan semakin ngawur dan kehilangan rasionalitasnya. Tentu saja hal ini akan sangat menguras tenaga. Itu sebabnya, setidak-tidaknya menurut kepercayaan yang ada, tersandung oyot mimang bisa menyebabkan kematian karena lelah dan kelaparan. Apalagi bila itu terjadi di hutan belantara yang jarang dirambah manusia.
Cerita inilah yang terlintas di kepala ketika mendengar celetukan kawan saya tadi. Jangan-jangan memang benar: bangsa kita memang sedang tersandung akar mimang?
Lihat saja di lapangan, semua orang seperti sedang sibuk menyelesaikan sesuatu, tapi di akhir cerita kita selalu disuguhi fakta: sesuatu itu ternyata masih tetap seperti sebelumnya, bahkan -tak jarang- malah jauh lebih ancur lagi.
Orang sibuk membuat program pengentasan kemiskinan, tapi orang miskin malah membengkak jumlahnya. Orang ribut memperbaiki perekonomian, tapi barisan penganggur malah semakin panjang. Orang ramai memdeklarasikan perang melawan korupsi, tapi para koruptor malah makin berjaya.
Semua seperti jalan di tempat, atau bahkan mundur. Lihat Century dan kelokan-kelokannya, lihat Gayus dengan lingkaran skandal pajaknya, lihat Nazarudin dengan multi kasusnya. Sepertinya kita benar-benar sedang tersandung akar mimang.
Sementara di sisi lain, kita juga melihat betapa masyarakat semakin terfragmentasi oleh jutaan kepentingan yang amburadul dan tidak jelas arah tujuannya, yang membuat mereka semua juga berputar-putar di tempat.
Kembali ke cerita tentara tadi. Ketika saya tanya tentang caranya membebaskan diri dari ‘jebakan akar mimang’; dia bilang “tak ada jalan lain, akhirnya kami memutuskan untuk berdoa sebisa-bisanya. Kami bertaubat dan memohon ampun dengan setulus-tulusnya. Pokoknya kami hanya melihat Allah dan sepenuhnya bergantung padaNya”
Mungkinkah ini pula langkah awal yang harus ditempuh bangsa kita untuk memerdekakan diri dari ‘kutukan akar mimang’nya?***
Sumber: Dari kolom Anis Sholeh Ba’asyin di harian Suara Karya.

ACARA INI UNTUK UMUM DAN GRATIS!
Suluk Maleman adalah acara rutin bulanan, yang dirancang sebagai ajang untuk silaturrahim pikiran untuk mengaji masalah-masalah yang dihadapi bangsa, baik di tingkat lokal maupun nasional. Acara ini sejak awal digagas sebagai oase untuk merekatkan kembali ikatan kemanusiaan, kemasyarakatan dan kebangsaan, yang selama ini cenderung tercerai berai.
Kecuali dialog dan pengajian, juga akan ditampilkan pagelaran kesenian. Secara rutin Orkes Puisi Sampak GusUran akan menemani tampilan kelompok kesenian tamu yang diundang: bisa teater, monolog, baca puisi, wayang, musik, tari dls (pada dasarnya, kami menerima siapapun dan dari manapun untuk tampil di acara ini).
Bagi mereka yang bermukim di Pati dan sekitarnya, atau kebetulan berada di wilayah Pati, dipersilakan hadir. Acara ini memang dirancang untuk umum dan gratis!





Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Majalah HumOr Online . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger